Tapi Tetap Tajir Lamine Yamal Gajinya Terkecil di Barca Barcelona kembali menjadi sorotan LGOLUX setelah terungkap bahwa salah satu talenta mudanya, Lamine Yamal, menerima gaji yang tergolong sangat kecil dibandingkan rekan-rekan seniornya. Meskipun demikian, fakta di luar lapangan justru membuktikan bahwa kiprahnya mampu mendulang cuan dalam jumlah besar. Bagaimana mungkin seorang pemain termuda dengan upah terendah di Camp Nou bisa tetap tajir? Berikut penelusuran lengkapnya.
Gaji Awal dan Kebijakan Akademi La Masia
Pada musim ini, Yamal—yang baru berusia 17 tahun—mencatatkan gaji sebesar 15 ribu Euro per pekan atau setara lebih kurang Rp 277 juta. Jika dirunut, nominal ini tergolong sangat rendah untuk ukuran Barcelona, klub yang selama bertahun-tahun dikenal pandai meraup pendapatan besar. Kebijakan gaji tersebut sejatinya bukanlah sebuah anomali, melainkan wujud kebijakan internal Barcelona dalam mengelola skuat yang dibentuk dari akademi La Masia. Klub memilih memberikan kompensasi minimal pada pemain akademi yang baru menembus tim utama, agar beban keuangan tetap terkendali serta memastikan para pemain muda berjuang membuktikan kualitas sebelum mendapat kenaikan klausul gaji yang signifikan.
Sejarah panjang La Masia menegaskan bahwa pembinaan talenta muda memang terdiri atas tahapan. Dari sisi finansial, Barcelona kerap kali menempatkan mereka pada skala honor yang membumi, terutama pada musim pertama. Menurut sejumlah sumber internal, kebijakan gaji semacam ini berfungsi sebagai alat kontrol agar kultus kompetitif di dalam skuat tidak terganggu. Dengan demikian, pemain seperti Yamal yang berhasil menembus skuad utama memang harus menunjukkan kinerja optimal sebelum menuntut kenaikan upah.
Peran Krusial di Lapangan
Uniknya, meski masih berstatus sebagai pemain pelapis beberapa waktu silam, Yamal kini sudah menjadi tulang punggung Blaugrana. Sepanjang musim 2024–2025, ia resmi mencatatkan 54 penampilan di berbagai kompetisi, termasuk La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions. Dari angka tersebut, pemain yang berposisi sebagai sayap kiri ini mencetak 18 gol dan menorehkan 25 assist. Tak jarang, gol-gol dan umpan matang Yamal menjadi penentu kemenangan—mulai dari pertandingan melawan tim papan bawah hingga laga bergengsi menghadapi rival berat seperti Real Madrid atau Atlético Madrid.
Statistik ini semakin memperkokoh argumen bahwa walaupun gajinya masih tercantum dalam angka yang “terendah” di skuad, kontribusinya justru setara dengan salah satu mesin gol Barcelona. Dalam wawancara singkat yang diadakan sebelum laga El Clásico, Yamal terlihat tenang dan berfokus menyampaikan bahwa “setiap menit di Lapangan merupakan hadiah, bukan sekadar taruhan.” Kalimat semacam ini menunjukkan kedewasaan mental yang tak biasa bagi pesepakbola usia belia; sikap inilah yang diduga menjadi salah satu alasan Barcelona merahasiakan klausul kenaikan gaji sebaik mungkin agar tak mengguncang stabilitas tim.
Kekayaan di Luar Lapangan
Di luar urusan gaji di Barcelona, sumber kekayaan Yamal justru datang dari sejumlah kontrak sponsorship yang nilainya jauh melampaui upahnya bersama klub. Beberapa brand besar sudah menggaet sang pemain sebagai duta, termasuk Adidas, Beats by Dre, Oppo, dan Konami. Kontrak-kontrak endorsement ini berpotensi memberinya pendapatan puluhan juta Euro per tahun, jauh di atas pendapatan bersihnya sebagai atlet tim utama.
Data yang dihimpun dari laporan keuangan sponsorship global menyatakan bahwa seorang atlet sepak bola muda dengan profil global seperti Yamal setidaknya bisa meraup 5 hingga 10 juta Euro per musim dari lini merchandise, iklan, dan kampanye digital. Bahkan, bila menggabungkan nilai pasar influencer sepak bola di media sosial, perkiraan pendapatan Yamal melonjak signifikan: unggahan di Instagram dan TikTok-nya yang kerap menampilkan momen latihan dan keseharian mendapat ratusan ribu hingga jutaan interaksi—faktor lain yang membuat merek-merek besar kian tertarik menempuh ruang iklan lewat dirinya. Tapi Tetap Tajir Lamine
Prospek Kenaikan Kontrak dan Tantangan Finansial Barcelona
Mengetahui potensi yang dimiliki Yamal, Barcelona dilaporkan akan memberikan kenaikan gaji besar pada kontraknya musim depan. Bukan 15 ribu Euro lagi, melainkan 50 ribu Euro per pekan, atau hampir 1 miliar rupiah setiap pekan. Bila diringkas secara tahunan, nilai kontrak baru ini mencapai lebih dari 2,6 juta Euro. Langkah ini tidak hanya bentuk apresiasi klub, tetapi juga strategi untuk mencegah “pembajakan” talenta oleh klub-klub Premier League atau Liga Champions lain yang sejak lama mengincar pemain muda berbakat.
Akan tetapi, kebijakan menaikkan gaji pemain muda seperti Yamal menyiratkan tantangan finansial bagi Barcelona. Sejak beberapa musim lalu, klub telah berupaya mengurangi beban gaji tinggi yang sempat memuncak pada era era Lionel Messi dan Luis Suárez. Saat ini, wage bill menjadi salah satu fokus utama dewan direksi untuk mencapai sustainability. Kebijakan mempermalap gaji pemain junior sebelumnya dinilai efektif menekan pengeluaran, namun kehadiran Yamal sebagai generasi emas memaksa manajemen menata ulang struktur kompensasi, agar talenta senantiasa merasa dihargai sekaligus terjaga loyalitasnya. Tapi Tetap Tajir Lamine
Penutup: Antara Keterbatasan dan Peluang
Dua sisi kehidupan Lamine Yamal—gaji “kecil” di Barcelona dan kekayaan di luar lapangan—mencerminkan realitas ganda yang sering dialami pesepakbola muda berkualitas. Di satu sisi, mereka berada dalam tekanan pembuktian diri, harus tampil gemilang sebelum patut menerima kompensasi besar. Di sisi lain, peluang endorsement dan pemasukan alternatif membuktikan bahwa nilai seorang pemain kini tidak lagi diukur hanya lewat gaji di klub, tetapi juga pengaruhnya terhadap pasar global.
Dengan gaya penulisan yang lugas, kita melihat bagaimana kebijakan pengupahan Barcelona, perkembangan karier Yamal di lapangan, hingga strategi branding personal sang pemain menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. Sebagai pembaca, kita diajak memahami bahwa di balik angka kecil pada slip gaji, ada potensi yang jauh lebih besar—dan Lamine Yamal tengah berjalan di jalan yang tepat untuk mengubah segala keterbatasan menjadi peluang masa depan.