Tanpa Penonton Lagi Kini Alasannya Keamanan

Tanpa Penonton Lagi Kini Alasannya Keamanan

Tanpa Penonton Lagi, Kini Alasannya Keamanan! PSIS Jalani Laga Home

Tanpa Penonton Lagi Kini Alasannya Keamanan – PSIS Semarang lagi-lagi harus berlaga tanpa dukungan langsung suporternya. Kali ini, duel kontra Persib Bandung di Stadion Jatidiri pada Minggu (9/1/2025) digelar tanpa penonton. Keputusan ini diambil dengan dalih keamanan. Tapi, apakah hanya itu?

Ini bukan pertama kalinya Mahesa Jenar bermain di stadion kosong. Sebelumnya, saat menjamu Dewa United, atmosfer serupa sudah terjadi. Dua laga home, dua kali tribun sunyi. Ada apa sebenarnya?

Dua Alasan di Balik Tribun Kosong

Keputusan PSIS menggelar laga tanpa penonton tidak muncul begitu saja. Ada dua faktor utama yang melatari langkah ini: keamanan dan keuangan.

1. Faktor Keamanan: Boikot Suporter

Geliat protes suporter makin menjadi. Mereka kecewa dengan kepemimpinan CEO PSIS, Yoyok Sukawi. Tuntutannya tegas: mundur! Alasan utamanya? Manajemen yang dinilai buruk, terutama terkait utang klub yang disebut mencapai Rp 45 miliar.

Gelombang protes ini memunculkan kekhawatiran. Ada potensi eskalasi yang bisa merusak jalannya pertandingan. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, manajemen memilih opsi aman: menutup stadion bagi penonton.

2. Faktor Finansial: Rugi Jika Membuka Stadion

Tak hanya masalah keamanan, ada hitung-hitungan ekonomi yang tak bisa diabaikan. Dalam laga sebelumnya melawan Persis, stadion Jatidiri hanya diisi 723 orang. Angka ini jauh dari kata ideal.

Biaya operasional satu laga home? Rp 180 juta. Pendapatan dari tiket? Jauh dari cukup. Alih-alih untung, PSIS justru terus merugi jika laga tetap dibuka untuk publik. Maka, tanpa penonton jadi pilihan pahit yang harus diambil.

Dampak bagi Klub dan Suporter

Keputusan menutup laga untuk penonton bukan tanpa konsekuensi. Ada efek domino yang harus ditanggung oleh dua pihak: klub dan suporternya.

1. PSIS: Sepi Dukungan, Sepi Pemasukan

Tanpa suporter di tribun, PSIS kehilangan elemen penting: atmosfer yang membakar semangat pemain. Tak hanya itu, pemasukan dari tiket, merchandise, hingga potensi sponsor juga ikut lesu. Krisis ini bisa berdampak panjang jika tak segera diatasi.

2. Suporter: Kekecewaan yang Menggunung

Bagi suporter, ini lebih dari sekadar tak bisa hadir di stadion. Ini soal rasa memiliki yang mulai pudar. Boikot adalah sinyal, bukan sekadar aksi spontan. Jika manajemen terus mengabaikan suara mereka, relasi antara klub dan basis pendukungnya bisa semakin retak.

Solusi: PSIS Perlu Langkah Nyata

Apa yang bisa dilakukan PSIS agar masalah ini tak berlarut-larut? Beberapa langkah bisa dipertimbangkan:

  1. Dialog dengan Suporter – Komunikasi adalah kunci. Transparansi dalam pengelolaan klub harus diperbaiki agar kepercayaan bisa pulih.
  2. Restrukturisasi Keuangan – Utang Rp 45 miliar bukan angka kecil. Strategi keuangan yang lebih baik harus segera disusun.
  3. Mencari Sponsor Baru – Dengan pemasukan tambahan, klub bisa lebih stabil secara finansial.
  4. Evaluasi Manajemen Klub – Jika memang perlu perubahan di level kepemimpinan, ini saatnya PSIS mengambil langkah berani. IDNSCORE

Kesimpulan: Jalan Panjang PSIS untuk Kembali ke Tribun Penuh

Laga tanpa penonton bukan sekadar soal keamanan. Ada masalah mendasar yang perlu segera diselesaikan oleh PSIS, mulai dari manajemen hingga keuangan klub. Jika tak ada perbaikan, tak menutup kemungkinan tribun kosong akan jadi pemandangan biasa.

Sepak bola tanpa suporter? Rasanya seperti panggung tanpa penonton. Dan bagi PSIS, panggung itu semakin sepi. Sampai kapan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *