Setelah Sukses Mengangkat Trofi MPOID, Para Pelatih Ini Malah Dipecat. Dunia sepak bola adalah panggung yang kejam, di mana hasil instan seringkali lebih dihargai daripada proses jangka panjang. Sebuah fenomena yang ironis, namun sering terjadi, adalah ketika seorang pelatih yang baru saja sukses mempersembahkan trofi justru harus menghadapi kenyataan pahit: pemecatan
Masa depan Ange Postecoglou di Tottenham Hotspur kini menjadi salah satu contoh terbaru. Meskipun baru saja sukses meraih trofi Liga Europa, posisinya sebagai manajer terancam digeser.
Fenomena ini bukanlah hal baru. Sepanjang sejarah sepak bola, ada banyak contoh pelatih yang mengalami nasib serupa, dipecat tak lama setelah membawa timnya meraih kejayaan. Ini adalah realitas pahit yang menunjukkan betapa brutalnya tuntutan di level tertinggi sepak bola profesional.
Jupp Heynckes: Juara Liga Champions, Lalu Dipecat
Salah satu contoh paling ikonik dari fenomena ini adalah Jupp Heynckes. Pada tahun 1997, Heynckes diangkat menjadi pelatih Real Madrid, menggantikan Fabio Capello. Ia datang dengan reputasi yang sudah dibangun bersama Tenerife di Spanyol.
Namun, ironisnya, kegagalan meraih hasil bagus di liga domestik dan Copa del Rey membuat posisinya terancam. Dalam waktu singkat, Heynckes pun harus meninggalkan kursi pelatih, meskipun baru saja membawa La Orejona kembali ke Bernabeu.
Laurent Blanc: Dominasi Domestik, Gagal di Eropa
Laurent Blanc memiliki banyak prestasi, mempertahankan gelar liga selama dua musim berikutnya. Namun, kegagalan menembus prestasi di Liga Champions menjadi batu sandungan utama bagi Blanc. Meskipun mendominasi di Prancis, ambisi utama manajemen PSG adalah meraih gelar Eropa. Berulang kali terhenti di babak-babak krusial Liga Champions membuat manajemen frustrasi. Pada akhir musim 2015/2016, Blanc harus angkat kaki, sebuah keputusan mengejutkan mengingat ia baru saja menyelesaikan musim dengan treble domestik. Setelah Sukses Mengangkat Trofi
Fabio Capello: Juara Liga, Namun Tak Disukai Fans
Capello dikenal dengan gaya pragmatisnya yang mengutamakan hasil dan pertahanan solid.Sayangnya, suporter Real Madrid tak pernah benar-benar mendukung gaya bertahan Capello yang dianggap membosankan.
Walau berhasil membawa Madrid juara La Liga, mengakhiri paceklik gelar liga, posisinya tidak aman. Akhirnya, Capello dipecat karena performa yang tak memuaskan di Liga Champions sehingga mengakhiri musimnya di klub Spanyol itu.
Maurizio Sarri: Scudetto dan Dilema Filosofi
Maurizio Sarri, usai meninggalkan Chelsea pada 2019, mengambil alih Juventus. Meskipun ia berhasil membawa Juventus meraih gelar Serie A kesembilan secara beruntun, mengalahkan Inter Milan dalam perburuan Scudetto, namun drama selalu mengintai di belakangnya. Filosofi bermain Sarri yang berbeda dengan pendahulunya, Massimiliano Allegri, memicu berbagai tantangan di awal kepemimpinannya.
Meskipun meraih gelar liga, kritikan terhadap gaya bermain dan performa Juventus di kompetisi Eropa terus berdatangan. Setelah kalah dari Lyon di babak 16 besar Liga Champions pada Agustus (setelah penundaan akibat pandemi), Sarri langsung dipecat sebelum kontraknya habis.
Kisah-kisah pemecatan pelatih setelah meraih trofi adalah cerminan kerasnya dunia sepak bola profesional. Meskipun Ange Postecoglou baru saja membawa Tottenham meraih gelar, ia kini berada di ambang nasib serupa dengan Heynckes, Blanc, Capello, dan Sarri. Ini menunjukkan bahwa di klub-klub besar, trofi saja tidak selalu cukup untuk menjamin kelangsungan karier seorang pelatih. Setelah Sukses Mengangkat Trofi
Ekspektasi yang tak terbatas, tuntutan akan gaya bermain tertentu, atau kegagalan di kompetisi lain seringkali menjadi alasan di balik keputusan brutal ini. Para pelatih ini menjadi bukti bahwa kesuksesan hari ini belum tentu menjamin keberlanjutan masa depan, di mana tekanan untuk selalu berada di puncak adalah satu-satunya standar.