Peluang Indonesia Menuju Piala Dunia 2026: Lilipaly Bicara Realita dan Harapan
Jakarta, 9 Juni 2025 — Di antara gegap gempita tribun dan gemuruh doa publik, mimpi itu masih menyala. Piala Dunia 2026 bukan sekadar ajang. Ia adalah panggung, cermin harga diri bangsa, dan simbol bahwa Garuda bukan hanya bisa terbang, tapi juga bersaing di langit dunia. LGODEWA
Dan di tengah panasnya perebutan tiket ke Amerika Utara, Stefano Lilipaly tampil bukan hanya sebagai pemain, tapi sebagai suara yang menggema dari ruang ganti ke ruang publik: “Kita harus menang dulu lawan China. Itu titiknya.”
Posisi Klasemen yang Masih Cair
Indonesia saat ini menempati posisi keempat di Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan torehan sembilan poin. China membuntuti di dasar klasemen dengan enam poin. Tapi jangan tertipu oleh angka. Di sepak bola, kadang satu umpan salah bisa menghancurkan mimpi satu bangsa.
Di atas Indonesia, ada Arab Saudi dengan 10 poin dan Australia dengan 13 poin. Jepang memimpin grup dengan kokoh, namun persaingan posisi kedua masih terbuka — meski sempit, jalannya masih ada.
Indonesia akan menjamu China di Stadion Gelora Bung Karno pada Kamis malam, 5 Juni 2025. Laga yang akan menentukan, bukan hanya secara matematis, tapi secara psikologis. Kemenangan adalah harga mati jika ingin terus bermimpi.
Harapan Datang dari Samurai Biru
Skenario terbaik bagi Indonesia tidak hanya soal memenangkan dua laga tersisa, tetapi juga bergantung pada hasil pertandingan lain. Australia yang kini di posisi kedua akan menghadapi Jepang — tim yang secara tradisional menjadi raksasa Asia.
Lilipaly dan tim tentu berharap Jepang bisa menundukkan Australia, membuka peluang bagi Indonesia untuk menggusur Socceroos di laga terakhir. Namun, berharap saja tak cukup. Garuda harus mengamankan tiga poin dari China untuk menjaga nyala harapan.
Fokus: Lawan Terdekat
“Fokus ke China dulu. Itu yang paling penting,” ujar Lilipaly dalam wawancara eksklusif bersama media Timnas Indonesia.
Pernyataannya tidak sekadar kutipan. Ia adalah pengingat bahwa perjalanan panjang selalu dimulai dari satu langkah, dan langkah itu bernama kemenangan atas China.
Dengan bekal semangat, dukungan publik, dan atmosfer GBK yang bisa membakar nyali lawan, Indonesia punya kans. Tapi mereka juga tak boleh lalai — karena dalam sepak bola, satu momen bisa jadi perbedaan antara sejarah dan sesal.
Laga Penutup yang Berat
Setelah laga melawan China, Indonesia akan menghadapi ujian yang lebih berat: tandang ke Jepang. Meski skuad Samurai Biru dikabarkan membawa tujuh pemain debutan, kekuatan mereka tetap tak bisa diremehkan. Jepang adalah tim dengan mentalitas juara, dan bahkan pemain pelapis mereka punya kualitas yang jauh di atas rata-rata Asia Tenggara.
Namun, sepak bola bukan ilmu pasti. Indonesia pernah mencetak kejutan — dan mungkin, akan melakukannya lagi.
Taktik, Mental, dan Keberanian
Pelatih dan staf teknis dituntut tak hanya meramu strategi, tapi juga menjaga mentalitas pemain. Ini bukan sekadar laga biasa, ini ujian tentang siapa yang siap mati-matian memperjuangkan lambang di dada.
Formasi, rotasi, hingga pengambilan keputusan di lapangan akan menjadi titik-titik krusial yang membentuk narasi pertandingan. Dalam laga sebesar ini, detail adalah segalanya.
Apakah Masih Bisa Lolos?
Secara matematis, jawabannya: bisa. Dengan catatan Indonesia menang di dua laga tersisa, dan Australia kalah atau imbang dari Jepang, maka posisi runner-up bukan mustahil untuk direbut.
Namun jika hasil tak berpihak, Indonesia setidaknya harus finis di posisi ketiga untuk melaju ke Round 4. Dari sana, perjuangan akan lebih berdarah-darah, tapi mimpi tetap hidup.
Kata Terakhir: Sepak Bola Adalah Harapan
Sepak bola, seperti hidup, tak selalu adil. Tapi ia punya satu kelebihan: selalu memberi kesempatan kedua.
Dan sekarang, kesempatan itu bernama dua pertandingan terakhir. Indonesia masih punya waktu. Masih punya tenaga. Masih punya keyakinan.
Kini, bola ada di kaki Garuda.
Dan kita semua tahu, mimpi tak akan pernah cukup tanpa keberanian untuk memperjuangkannya.